Loading...

DRS. H. AHMAD MUHAJIR, SQ

Kamis, 24 Oktober 2019 1.7k -
Image

Jika dibandingkan dengan para qari dan qariah Indonesia yang berjaya di pentas dunia, Achmad Muhajir termasuk paling senior. Dia adalah qari pertama Indonesia yang merengkuh jawara qari sejagat yang dihelat di Makkah, Arab Saudi, pada 1980. Selain pentas, Muhajir kini berkeliling dunia sebagai juri dan membina para qari dan qariah tanah air.

Muhajir memang Qari senior di Indonesia. Lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (sekarang Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) tersebut merupakan Juara Pertama Qari Internasional di Arab Saudi pada 1980. Itu adalah prestasi tertinggi yang pertama diraih Indonesia di pentas Qari Dunia di Makkah. Bahkan, ketika pulang dari Makkah, Muhajir sampai diarak keliling kota oleh Pemprov DKI Jakarta. Bersama Harir Muhammad (Juara Keenam Hafiz Quran 1980), dia dikalungi bunga dan menumpang jip terbuka, layaknya Juara Olahraga Dunia.

Tahun 1980 merupakan tahun kedua Kerajaan Arab Saudi mengadakan lomba Tilawah Al-Qur’an. Cabang yang dilombakan, kata dia, awalnya hanya hafalan. Namun, lambat laun, cabang lomba mulai berkembang. Kini, lomba serupa tak hanya dilaksanakan di Makkah. Tetapi, ada juga di Iran, Mesir, dan negara Timur Tengah lainnya.
Karena sudah mencapai tingkat tertinggi kompetisi membaca Al-Qur’an, ada kesungkanan pada diri Muhajir untuk ikut lagi. Karena itu, dia tidak pernah ikut lagi ’’Piala Dunia’’ antar Qari tersebut. Tak lagi ikut lomba bukan berarti karir Muhajir sebagai qari tamat. Justru jam terbang lelaki berkulit cerah itu semakin tinggi. Tak hanya tingkat domestik, sejumlah negara di Eropa dan Timur Tengah mengundang dirinya. Di antaranya, pemerintah Iran yang meminta dia menjadi hakim alias juri lomba qari pada 2002, 2003, 2004, dan 2010.

Lelaki kelahiran 1953 itu juga pernah berkeliling untuk ’’pentas’’ di beberapa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Eropa. Pada peresmian masjid di Bosnia, dia diundang untuk membacakan Alquran. Begitu pula pada haul 300 Syeikh Yusuf di Afrika Selatan. ’’Semua benua sudah saya datangi, kecuali Amerika dan Australia,’’ ujarnya.

Muhajir juga pernah menjadi Qari langganan Kerajaan Uni Emirat Arab (UEA). Pada Ramadan 2002, 2003, dan 2005, ayah dua putri itu menjadi Qari di masjid-masjid Emirat Arab selama sebulan penuh. ’’Baru pulang pada tanggal 27 (Ramadan). Itu pun kalau ada pesawat,’’ ujarnya.

Menurut Muhajir, Qari dari Indonesia merupakan Qari favorit Kerajaan Uni Emirat. Sebab, umumnya Qari Indonesia tidak rewel terhadap persyaratan dan fasilitas. Itu berbeda dengan Qari dari Malaysia dan Brunei Darussalam yang menuntut adanya pengawalan dan fasilitas spesial.

Bersama istri, Muhajir kini lebih banyak mendidik para Qari dan Qariah sembari terus berkeliling ke daerah-daerah di Indonesia. Kakek satu cucu itu mengatakan tidak bisa berganti profesi selain menjadi Qari. Dia juga enggan menjadi pegawai negeri. ’’Barangkali karena jiwanya di sini’’.

Menurut Muhajir, qari yang baik tidak hanya mementingkan lagu dan suara dalam melafalkan Al-Qur’an. Kitab suci itu, kata dia, tetap harus dibaca dengan benar. Artinya, tajwid dan fasholah bacaan harus dijaga. Tajwid berhubungan dengan akurasi dan qolqolah dalam melafalkan huruf. Fasholah terkait dengan pemenggalan dalam kalimat. ’’Dua itu jangan sampai salah. Sebab, itu yang pokok dalam membaca Al-Qur’an, meski lagu dan suaranya bagus,’’ jelasnya.