Beliau dilahirkan
di sebuah desa kecil wilayah kabupaten nganjuk jawa timur. Ketika duduk di
kelas 4 SD ayahnya pulang ke rahmatullah sehingga sejak saat itu di besarkan
oleh seorang janda petani miskin yang harus menghidupi ketiga anaknya; namun di
dalam mendidik anak, baik ilmu agama maupun umum tidak kalah dengan orang lain
yang berkecukupan, walaupun harus menjadi buruh tani sekalipun.
Maka tidak
mengherankan jika Ahmad Fathoni ketika tamat SD juga tamat sekolah ibtidaiyyah,
di samping pada sore hingga malam harinya mengaji AL-Qur’an dan ilmu agama di
sebuah surau pada seoran guru mengaji di kampungnya. Tidaklupa, setiap minggu
ia di suruh ibunya khusus mengaji Al-Qur’an pada seorang kyai yang hafal
Al-Qur’an di desa tetangga yang dikenal sangat memperhatikan kefasihan
pelafazan huruf dan ketepatan bertajwid di dalam membaca Al-Qur’an karena kyai
tersebut tamatan pondok pesantren Al-Qur’an Krapyak Yogyakarta yang mahsyur
kala itu hingga kini.
Setelah tamat
SD, Ahmad Fathoni melanjutkan SMP Negri dengan tidak lupa tetap mengaji
Al-Qur’an dan menimba ilmu agama pada kyai tersebut bahkan setiap hari. Dan
setamat SMP, ia melanjutkan ke SMA Negri di kertasono nganjuk dan sekaligus
menadi santri di pesantren salaf miftahul ‘ula nglawak dekat SMA tersebut.
Ketika masih duduk kelas 2 SMA ia ikut ujian extranei di madrasah tsanawiyah
negeri; selanjutnya ketika duduk di kelas 3 SMA, ia ikut menempuh ujian
extranei madrasah Aliyah negeri di pesantren tambak beras jombang. Dengan demikian,
ketika lulus SMA tahun 1969, ia juga lulus MAAIN. Setamat SMA, bukan
melanjutkan ke perguruan tingggi , akan tetapi berangkat ke pesantren krapyak
Yogyakarta untuk menghafal Al-Qur’an pada kyai Haji Ahmad Munawwir yang
mempunyai sanad ke-30 dari Rasulullah SAW , di mana beliau menghafal Al-Qur’an
dan ber-Talaqqiy kepada kakak kandungnya, kyai abdul Qadir – yang keduanya –
adalah putra kyai haji Muhammad munawwir (w.1942) yang menghafal Al-Qur’an dan
belajar Qira’at sab’ah di Makkah al-mukarramah.
Begitu selesai
menghafal Al-Qur’an tahun 1973, ada kabar bahwa perguruan tinggi ilmu Al-Qur’an
(PTIQ) Jakarta membuka pemberian beasiswa 1 orang untuk masing masing provinsi
di Indonesia. Maka Ahmad Fathoni beruntung mendapatkan kesempatan tersebut
sebagai utusan dari provinsi Jatim. Namun, ketika baru tingkat III (1979) ada
kesempatan memperoleh beasiswa untuk kuliah pada fakultas Al-Qur’an wa
ad-dirasat al-islamiyyah di madinan Saudi arabia. Pada fakultas terseut , ia
belajar syarh syatibbiyyah fi al-qira’at al-sab’, sedang tatbiq al-qira’at
al-asyr yang mutawatirah (untuk qira’at sab’’ah menurut tariq asy-syatibiyyah
pada syekh ‘Abdul Rafi’ Ridwan dan Qira’ah tsalatsah menurut tariq ad-durrah
pada syekh akhmad sibaweih al-badawiy).
Tahun 1981
pulang ke tanah air dan langsung mengajar Qira’at Sab’ah, ilmu Rasm Usmani,
Ilmu Tajwid, dan Tahfiz Al-Qur’an di PTIQ dan IIQ Jakarta menggantikan syekh
Abdul Qadir Abdul ‘Azhim yang telah pulang ke Mesir , hingga sekarang.
Program S2 di UN
Syarif Hidayatullah Jakarta (1997-1999), dan pada tahun 2000 melanjutkan kuliah
program S3 di universitas uang sama dan meraih gelar doktornya pada tahun 2008.
Pada saat ini Ahmad Fathoni menjadi dosen UIN Syarif Hidayatullah dpk IIQ
Jakarta, di samping menjadi dosen tidak tetap di institute PTIQ Jakarta,
Sekolah tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depok (seluruh mahasiswa ketika masuk
perguruan tinggi ini harus sudah hafal Al-Qur’an 30 juz), tenaga pengajar di
Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an (LBIQ) DKI Jakarta, dan juga sebagai anggota Lajanah
Pentashihan Al-Qur’an Kemenag.
Adapun buku dan
karya ilmiah yang sudah di terbitkan disamping buku modul Petunjuk Praktis Tahsin
Tartil Al-Qur’an Metode Maisura adalah : Kaidah Qira’at Tujuh jilid I dan II,
Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an Metode Cetak, Studi Bacaan Al-Qur’an Riwayat Hafsh
dan Qalun (Surah al-Fatihah, al-Baqarah dan Ali ‘Imran), 100 maqra Qira’at
mujawwad menurut riwayat Qalun-Warsy-Khalaf & Qira’at Sab’ah. Tuntunan Praktis
99 Maqra Qira’at Mujawad Riwayat Al-Bazziy & Qunbul, dan Tuntunan Praktis
101 Qaqra Qira’at Mujawad Abu Amr-riwayat ad-Duriy & as-Susiy.
Sumber: Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an METODE MAISURA; Menuju Muara Ilmu Tajwid Terpadu dan Komprehensif
© 2018. All rights reserved. Sinergimetrodata